MAZMUR TANGGAPAN DALAM MISA

Oleh P. Stenly Pondaag MSC

  1. Mazmur sebagai buku doa dan lagu bangsa Israel

Mazmur merupakan buku doa dan nyanyian orang Yahudi. Ada dua fungsi mazmur. Yang pertama, di tengah penderitaan dan kekawatiran, mazmur ingin menawarkan sebuah penjelasan tentang keberadaan manusia di hadapan Allah. Yang kedua, mazmur berfungsi sebagai pujian syukur kepada Tuhan. Atas nama bangsa Israel dan bahkan seluruh ciptaan, pemazmur menanggapi karya dan kehadiran Allah di tengah bangsa Israel dan di dalam seluruh ciptaan. Mazmur menampilkan sebuah cermin tentang keragaman kehidupan manusia yang ditandai dengan pujian, ratapan, syukur, permohonan, permenungan, kesaksian dan lain-lain.

2. Mazmur sebagai Doa Orang-orang Kristen

Mazmur adalah juga doa Yesus. Dalam derita-Nya Yesus mengungkapkan keluh kesah di hadapan Bapa-Nya dengan menggunakan teks dari mazmur 22:2: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Daku?” (Mat 27:46; Mrk 15:34). Di atas kayu salib, Yesus juga menggunakan kata-kata Mazmur 31:6: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Luk 23:46).

Sebagai ungkapan kesetiaan pada Yesus, orang-orang Kristen juga menjadikan kitab mazmur sebagai buku doa dan buku lagu. St. Agustinus pernah berkata: Psalmus vox totius Christi, caputis et corporis: Mazmur adalah suara dari keseluruhan Kristus, dari kepala dan anggota-Nya. Mazmur adalah suara Gereja, sebagai Tubuh Mistik Kristus. Buku mazmur menjadi buku lagu dan buku doa Gereja yang pertama. Jemaat Kristen menggunakan mazmur dalam Doa Harian dan sebagai mazmur tanggapan di dalam misa.

Jemaat Kristen awal sudah memandang mazmur sebagai bentuk khusus dari Kitab Suci, yakni sebagai nyanyian. Mazmur adalah sabda Allah yang dinyanyikan. Konsekuensinya, mazmur itu selalu dinyanyikan atau didaraskan. Oleh karena itu, Konstitusi Liturgi (SC 84) memandang mazmur sebagai suara sang Mempelai sendiri yang berbicara dengan mempelai pria.

3. Dua cara membawakan Mazmur: Responsorial dan Antifonal

Dalam tradisi liturgi, terdapat dua cara membawakan mazmur, yakni responsorial dan antifonal. Cara pertama lazim disebut mazmur tanggapan (psalmus responsorius): Penyanyi atau pemazmur menyanyikan mazmur atau ayat mazmur, lalu umat menanggapinya dengan sebuah ayat ulangan. Cara inilah yang dipakai sampai sekarang dalam liturgi sabda Ekaristi ataupun dalam ibadat sabda, yang dikenal dengan mazmur tanggapan.

Cara yang kedua adalah antifonal. Istilah antifon menunjuk pada nyanyian berbalas-balasan atau bergantian antara kor dan umat atau juga dua kelompok kor membawakan mazmur secara berbalas-balasan. Nyanyian mazmur antifon terdapat dalam perayaan liturgi sebagai nyanyian prosesi atau perarakan masuk dalam misa atau perarakan untuk komuni. Maka, dalam liturgi kita mengenal antifon pembukaan dan antifon penutup/sesudah komuni. Sampai sekarang, antifon-antifon ini menggunakan teks mazmur. Selain itu, mazmur antifonal dipakai di dalam doa ofisi (doa harian). Para rahib atau biarawan/i mendaraskan mazmur berbalas-balasan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.

3. Fungsi dari Mazmur Tanggapan

Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) No. 61 mengatakan bahwa mazmur tanggapan merupakan “unsur pokok dalam liturgi sabda”. Mengapa demikian? Di sini kita bisa menyebut lima fungsi dari mazmur tanggapan di dalam liturgi sabda:

  • Mazmur tanggapan merupakan tanggapan Gereja atas Sabda Allah yang diwartakan dan atas misteri keselamatan yang dihadirkan.
  • Mazmur tanggapan merupakan nyanyian meditasi melaluinya umat beriman meresapkan dan mendalami Sabda Tuhan.
  • Menurut tradisi Bapa-bapa Gereja, mazmur tanggapan adalah sungguh-sungguh sebuah bacaan Kitab Suci.
  • Mazmur tanggapan adalah seperti jembatan yang menghubungkan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
  • Mazmur tanggapan berfungsi untuk menopang permenungan atas Sabda Allah.

5. Panduan umum Membawakan Mazmur Tanggapan

Mazmur tanggapan berisikan Sabda Allah. Dalam misa atau Ibadat Sabda Hari Minggu/Hari Raya, tidak diizinkan mengganti mazmur tanggapan dengan teks-teks lain yang bukan sabda Allah (PUMR 57), misalnya menggantinya dengan lagu antara bacaan.

Mazmur tanggapan hendaknya sesuai dengan bacaan yang bersangkutan dan diambil biasanya dari Buku Bacaan Misa atau lectionarium. Ketentuan ini tentu sangat penting bagi mereka yang menyusun Tata Perayaan Ekaristi atau Sabda untuk kesempatan-kesempatan khusus, misalnya untuk pemberkatan perkawinan atau pemberkatan Gereja. Terkadang seksi liturgi harus menyusun atau memilih bacaan-bacaan yang sesuai, tanpa mengikuti bacaan yang sudah tersedia dalam lectionarium.

Sangat dianjurkan bahwa mazmur tanggapan itu dinyanyikan, sekurang-kurangnya bagian ulangan yang dibawakan oleh umat. Pemazmur melagukan ayat-ayat mazmur dari mimbar atau tempat lain yang cocok. Umat menanggapi dengan melagukan bagian ulangan (refrein), kecuali jika seluruh mazmur dilagukan sebagai satu nyanyian tanpa ulangan. Bila dilagukan, mazmur dapat dipergunakan sebagai pengganti teks yang tersedia dalam Buku Bacaan Misa. Kalau tidak dilagukan, hendaklah mazmur tanggapan didaraskan sedemikian rupa sehingga membantu permenungan Sabda Allah.

Biasanya, umat menyanyikan mazmur yang disediakan Hari Minggu dan Hari Raya. Sebab, mazmur-mazmur ini sudah dilengkapi dengan nada sehingga mudah untuk dipelajari. Sebenarnya, Tata Perayaan Ekaristi menyediakan delapan Pola Lagu Mazmur (lih. TPE, hlm. 290). Pola lagu ini dapat dipelajari secara mandiri dan dapat digunakan ketika menggunakan mazmur yang tidak dilengkapi dengan nada.

6. Persiapan dan pembawaan mazmur tanggapan

Mazmur bermaksud membantu umat untuk merenungkan sabda Allah dengan baik. Maka, pemazmur sendiri perlu membuat persiapan. Yang pertama adalah persiapan batin. Pemazmur sendiri harus membaca, merenungkan dan meresapkan teks mazmur sebagai Sabda Allah. Persiapan itu dibawakan dalam suara doa atau bacaan rohani (lectio divina).

Sebelum membaca teks, pemazmur memohon penerangan Roh Kudus agar ia mampu meresapi kedalaman sabda Tuhan dalam mazmur. Kemudian, pemazmur mulai membaca teks mazmur secara teliti, pelan dan bahkan dengan suara yang dapat didengar sendiri. Pemazmur menemukan kata-kata, ungkapan atau kalimat yang menyentuhnya secara pribadi. Ia bertanya: Apa yang menyentuh saya secara pribadi? Mengapa saya tersentuh atau tertarik dengan kata, ungkapan atau kalimat tertentu? Pemazmur menemukan kata atau ungkapan yang mengganggu atau membuat sedih. Ia bertanya kepada Tuhan: Tuhan apa yang Kau mau ubah di dalam diriku melalui kata-kata mazmur ini? Mengapa kata atau ungkapan tertentu mengganggu saya, atau kenapa mengobarkan hati saya?

Langkah berikut adalah mempelajari dan melatih melodi mazmur dengan baik. Jika pemazmur tidak bisa berlatih secara mandiri, carilah orang lain yang lebih mahir dalam musik. Setelah melatih secara mandiri dan merasa mahir, langkah berikutnya adalah melatih bersama dengan organis (kalau ada), bahkan dengan kelompok kor sejauh memungkinkan. Sebelum membawakan mazmur, berdoalah kepada Tuhan secara pribadi agar pemazmur diberi keyakinan dan keberanian untuk mewartakan sabda Allah dengan indah. Pada saat membawakan mazmur, pemazmur tidak hanya memperhatikan kesesuaian dengan melodi. Yang terutama adalah pemazmur harus mengucapkan atau melafalkan kata-kata mazmur dengan jelas, sehingga umat yang mendengarkan mengerti dengan jelas apa yang diwartakan.

Organis memberi kode nada awal. Selama kata-kata mazmur dinyanyikan, sebaiknya iringan alat musik tidak dibuat, agar kata-kata yang diucapkan oleh pemazmur jelas bagi umat yang mendengarkan. Organis bisa membuat iringan musik pada bagian ulangan yang dibawakan bersama oleh umat. Sesudah membawakan mazmur, mengucap syukurlah kepada Tuhan dan jangan lupa untuk meminta evaluasi dari umat yang mendengar untuk pengembangan kemampuan membawakan mazmur.

Sumber: